aidilfk

olahraga

Kamis, 21 Februari 2013

kelenturan lansia

BAB I

PENDAHULUAN





A.    Latar Belakang

            Gerak adalah ciri kehidupan, kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan jasmaniah dilakukann untuk meningkatkan derajat sehat dinamis, gerakan yang di lakukan oleh manusia memiliki batas sesuai dengan batasan tertentu harus dilakukan dengan bagaimana gerakan, kapan gerakan itu dilakukan dan untuk apa gerakan itu di lakukan. Lansia adalah salah satu dari kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat, kelompok ini terbentuk dengan sendirinya, kelompok dalam kehidupan manusia terjadi dengan sendirinya terjadi karena adanya kepentingan atau ciri sejenisnya. Lansia yang terasing dari kelompoknya secara berkepanjangn tanpa dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada karena terjadi perubahan fisiologis dan sosial.

      Semua aktifitas yang dilakukan oleh lansia mengalami penurunan dikarenakan faktor usia, hal  lain yang yang membuat penurunan aktifitas gerak pada lansia disebabkan juga oleh faktor rutinas sehari-hari yang sudah jauh berkurang di bandingkan pada masa sebelum lansia, dengan semakin berkurangny aktifitas gerak pada lansia maka kualitas kesehatanpun semakin berkurang. Pembinaan kesehatan dengan cara berolahraga secara teratur sangat di perlukan agar tercapainya derajat sehat dinamis maupun sehat statis. Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara hidup, meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan.



Olahraga Kesehatan meningkatkan derajat Sehat Dinamis (Sehat dalam gerak), pasti juga Sehat Statis (Sehat dikala diam), tetapi tidak pasti sebaliknya.  Gemar berolahraga : mencegah penyakit, hidup sehat dan nikmat ! Malas berolah-raga : mengundang penyakit. Tidak berolahraga : menelantarkan diri !



       Pola gerak dalam aktifitas olahraga pada lansia harus dibatasi karena faktor fisiologis dan anatomis pada lansia yang mengalami penuan, oleh karena itu perlu juga di perhatikan pola gerak yang berkaitan dengan kelenturan bagi lansia agar tidak terjadinya cidera, perubahan penuan anatomis di jelaskan oleh Santoso Giriwijoyo (2007:241)  “tinggi  badan  menyusut   disebabkan  o;eh keausan   bantalan  antar  tulang :  yaitu   keausan  bantalan  antar  tulang  belakang  dan   keausan   tulang  send  lansia”.

Selama aktifitas berolahraga dan beraktifitas kelenturan sangat berpean penting, dengan keterbatasan yang dimiliki lansia maka penting sekali dikaji bagaimana kelentukan dan apa yang membuat keterbatsan tersebut. Menurut syafruddin (2001:112) “kelenturan  berbicara  tentang  kemampuan fungsi persendian/pergelangan sepeti sendi bahu, lutut, pinggul, kaki, pinggul pergelangan  kaki ,  pergelngan  tangan  dll”.Jadi untuk menentukan takaran porsi olahraga yang dominan dengan kelenturan perlunya pengukuran tingkat kelenturan togok dengan cara pengukuran menggunakan sits and reach test, sedangkan untuk mengukur kelentukan sendi pinggul dapat di lakukan dengan split test



B.     Tujuan

            Dengan memahami dan mengetahui kelenturan pada lansia kita dapat mengoptimalkan olahraga dengan takaran dan porsi yang pas untuk lansia agar dalam menjalani aktifitas olahraga tidak terjadinya cidera, disamping itu kita juga dapat memahami penyebab kenapa gerakan kelenturan bagi lansia itu harus di batasi




BAB II

PEMBAHASAN



A.    Lansia

            Penuaan adalah proses biologik alami (normal) meliputi seluruh masa kehidupan mulai dari lahir, pertumbuhan dan kematangan pada usia ± 30-35 tahunyang kemudian diikuti dengan kemunduran adanya perubahan degeneratif yang bersifat progresif dan gradual( berangsur) mengenai bentuk tubuh (anatomi) maupun fungsinya (fisiologis) akibat keausan sel yang di yang diserati menurunnya kapasitas fisiologisnya



B.    Umur kronologik

 Umur krologik adalah bilangan umur yang ditunjukan oleh berapa kali telah berulang tahun, umur kronologik di bagi dalam kelompok-kelompok sebagai berikut:

- Neonatus                               : 0   1 bl

- Bayi                                      : 1 – 12 bl

- Balita                                    : 1  -  5 th

- Pra-sekolah                           : 4  -  6 th

- Anak  :   - wanita                  : 5  - 12 th

- pria                         : 5 - 14 th

- Prapubertas : - wanita           : 10 – 12 th

- pria                   : 12 - 14 th

- Pubertas : - wanita                : 12 – 14 th

- pria                        : 14 – 16 th

- Remaja  :  - wanita                : 14 – 18 th

- pria                       : 16 – 21 th

- Dewasa muda : - wanita       : 18 - 35 th

- pria                : 21 - 35 th

- Dewasa                                 : 35 - 55 th

- Tua                                        : 55 - 60 th

- Lansia                                   : 60 - 70 th

- Lansia risiko tinggi               : > 70 th atau > 60 th yang mengidap penyakit.

Masih belum terdapat keseragaman dalam pengelompokan umur seperti tercantum di atas.   Namun seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, maka Dep. Kesehatan menentukan batas lanjut usia menjadi > 60 tahun

Untuk usia di atas 40 tahun terdapat pengelompokan sebagai berikut :

1. Usia menjelang lanjut                      : 40 – 55 th

2.Usia lanjut masa prasenium              : 55 – 64 th

3. Usia lanjut masa senescens             : > 65   th

4.Usia lanjut risiko tinggi                    : > 70   th

Dari penjelasan semua penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa umur lansia di mulai dari usia 70 tahun



C.    kelenturan

Kelenturan merupakan salah satu kompenen fisik yang menentuakan kualitas dan penguasaan suatu keterampilan (teknik) cabang olahraga. Kelentukan hamper untuk semua cabang olahraga, termasuk untuk kebutuhan gerak sehari-hari karena kelentukan merupakan fungsi seluruh persendian yan terdapat pada tubuh.Menurut Syafruddin (2011:112) “Kelentukan  adalah  salah  satu  elemen  kondisi  fisil yang  menentukan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan gerakan, mencegah cidera, mengembangkan kemampuan kekuatan, daya tahan, keincahan dan koordinasi Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan fungsi kelentukan dalam olahraga perlu di ketahui dan dipahami terlebih dahulu factor-faktor yang membatasi kemampuan funsinya., kemampuan kelentukan dibatasi oleh beberapa factor antara lain:

1.      Koordinasi otot sinergis dan antagonis

2.      Bentuk persendian

3.      Temperatur otot

4.      Kemampuan tendon dan ligament

5.      Kemampuan Proses Pengendalian Fisiologi Pernafasan

6.      Usia dan Jenis Kelamin



Jelas dalam menentukan kualitas kelenturan dipengaruhi oleh faktor usia, hal ini di karenakan Kemampuan kelentukan (flexibility) juga ditentukan oleh usia dan jenis kelamin. Kemampuan fleksibilitas yang terbaik didapat pada usia anak-anak sebelum masa pubertas, akan tetapi setelah masa pubertas kemampuan kelentukan menurun sejalan dengan bertambahnya usia

 Dengan semakin bertambahnya usia maka jelas bahwa semua unsur fisologis dan anatomis akan semakin menurun, dari penelitain yang di lakukan Dr. key flateten profesor pendidikan jasmani dalam jhonatan dan khetler(1996:256 ) meraka yang beruia 39 sampai berusia lanjut menunjukan suatu kemunduran tenaga dari tahun ke tahun , tenaga paha laki-laki menurun hinga 23% dan pada wanita mengalami penuruna hingga 37%

Demikian juga dengan kelenturan tubuh, suatu penelitian menunjukan bahwa norma kelenturan tubuh adalah pada usia 59 tahun, setelah iu terjadi penurunan dalam kelenturan. Ternyata latihan otot bagi lansiamenyebabkan lebih kuatnya otot dan lebih baiknya kelenturan tubuh, termasuk berbagai persendian hingga tidak mengurangi keterlambatan dalam gerak, artinya sangat penting ltihan tersebut untuk mempertahankan kelenturan bagi lansia.



D.    Latihan yang di anjurkan bagi lansia

            Telah di jelaskan bahwa latihan otot berkolerasi dengn bugsnya kelenturan bagi lansia, olahraga ini dapat di lakukan dengan posisi duduk dan olahraga ideal yang bagus di lakukan menurut Dr. kay flatten dan Dr. cobin dalam jhonatan dan khetler (1996:256) adalah:

1.      Menguatkan kelenturan otot pinggang

2.      Menguatkan otot paha

3.      Menguatkan otot betis

4.      Menguatkan otot lengan bagian depan

5.      Menguatkan otot bagian belakang dari lengan

6.      Menguatkan otot bahu atas

7.      Menguatkan otot bahumenguatkan otot telapak tangan

Namun demikan perlu olahraga tersebut perlu bimbingan dan konsultasi terlebih dahulu kepada ahli di bidang tersebut karena dengan penurunan fungsi fisiologis dan anatomis pada lansia, seperti menurunnya kartilago, zat kapur yang menyebabkan kerapuhan tulang dan pengikat sendi( ligamen) hal tersebut dapat mengaibatkan cidera jika tidak sesuai dengan takarannya




BAB III





A.    Kesimpulan

Penuaan adalah proses biologik alami (normal) meliputi seluruh masa kehidupan mulai dari lahir, pertumbuhan dan kematangan pada usia ± 30-35 tahunyang kemudian diikuti dengan kemunduran adanya perubahan degeneratif yang bersifat progresif dan gradual( berangsur) mengenai bentuk tubuh (anatomi) maupun fungsinya (fisiologis) akibat keausan sel yang di yang diserati menurunnya kapasitas fisiologisnya, berdasarkan kronologik umur lansia bersikar 60 tahun keatas.

kelenturan tubuh adalah pada usia 59 tahun, setelah iu terjadi penurunan dalam kelenturan. Ternyata latihan otot bagi lansiamenyebabkan lebih kuatnya otot dan lebih baiknya kelenturan tubuh, termasuk berbagai persendian hingga tidak mengurangi keterlambatan dalam gerak, artinya sangat penting ltihan tersebut untuk mempertahankan kelenturan bagi lansia.



B.     Saran

perlu bimbingan dan konsultasi terlebih dahulu kepada ahli di bidang tersebut karena dengan penurunan fungsi fisiologis dan anatomis pada lansia, seperti menurunnya kartilago, zat kapur yang menyebabkan kerapuhan tulang dan pengikat sendi( ligamen) hal tersebut dapat mengaibatkan cidera jika tidak sesuai dengan takarannya




DATRAR PUSTAKA





Giriwijoyo,Y.S.S.dkk : “ILmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine) Untuk kesehatan dan untuk prestasi olahraga, Bandung 2007.

Kuantraf, jhonatan dan Kuantraf kathleen : “olahraga Sumber Kesehatan”, Percetakan advent Indonesia, Bandung 1992.

syafruddin : “Ilmu Kepelatihan olahraga”, Teori dan Aplikasi dalam Pembinaan Olahraga, UNP Press.2011

0 komentar:

Posting Komentar