Pengertian
Psikologi Olahraga
1. Apakah Psikologi Olahraga?
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang
kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak
disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar
ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang
lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam
bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada
dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya
hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain,
tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar
dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan
atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga
kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi
meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka
merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para
atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para
pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya
dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga
juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka berolahraga
dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui,
latihan-latihan ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan
tersebut.
3. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar
Memiliki Mental yang Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan
didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam
membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa
setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan
yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan
pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes",
dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian
secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan
dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu
ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet
berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan
semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin
keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak
sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat
diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang
terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari
komitmen si atlet terhadap program tersebut.
B. Aspek-aspek
Psikologis yang berperan dalam Olahraga
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan
jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan
beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga,
khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1. Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang
mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu
dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang
melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan
menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal
utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif
akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran
akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis
terlintas pikiran negatif seperti, "takut salah, takut out, takut
bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka kemungkinan
terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu
berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan
instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan: "Kamu ini susah
sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan berhenti sebelum
bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif
walaupun maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti
bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini... langkahnya, ke sini...
kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih,
tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada
tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan
menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan
sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu
membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam
latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran
jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan
sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,
yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang
ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk
dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran
itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa
bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras.
Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat
mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika
sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak
perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat.
Mulai dari
sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama
makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras.
Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai.
Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan
target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau
sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan
bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat
mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas
arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi dapat
dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat
menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk
dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari
fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang
berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri
sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam
setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain
sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi yang
baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat,
dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada
keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan
diri daripada hal-hal yang material.
Untuk
mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat
besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri
pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri
sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai
hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor
emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya.
Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah,
cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada
setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana
kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Pengendalian
emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu
kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak
emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam
latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa
saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan
sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk
mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda
antara atlet yang satu dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi
dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut,
kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis
maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil
maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya
beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan
tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika
lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat
dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya
akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia
tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah
perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement).
Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus
diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya,
diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut
ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan
emosi.
5. Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan
biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan,
rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya.
Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia
terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan
optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi
kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam
kecemasannya.
Sebagai usaha
untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam menghadapi
pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
a.
Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan
kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam
pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat
ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau
pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara
sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan
berat.
f. Lakukan latihan
|
0 komentar:
Posting Komentar