AGRESIFITAS DALAM OLAHRAGA
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Rasanya
tidak ada bidang kehidupan manusia, kecuali teknologi dan alat komunikasinya,
yang telah mendekatkan benua-benua dan Negara-negara di dunia ini yang sehebat
olahraga. Olahraga telah menjadi fenomena manusia sejagad tanpa memperhatikan
perbedaan suku, agama, ras, dan aliran politik maupun golongan tertentu (SARA).
Olahraga merupakan wahana yang paling efektif untuk memperkokoh persatuan dan
kesatuan antar bangsa, pejabat dengan pejabat, pejabat dengan masyarakat,
antara bawahan dan atasan. Ini terjadi karena ketika atlet(pemain) yang bertanding
di lapangan tidak membawa pangkat dan jabatan.
Sejarah
membuktikan, olahraga sanggup memelihara suasana persahabatan dalam hitungan
abad. Ketika dunia politik masih belajar demokrasi, olahraga sudah lumayan
demokratis dan egaliter. Tatkala manajemen memerlukan berbagai regulasi dan
etika tertulis, olahraga lancer-lancar saja hanya dengan kesepakatan dan
kelaziman. Begitu pula persaingan bebas dan kompetisi yang seimbang dan fair.Undang-undang RI No. 3 (2005)
Olahraga nasioanal bertujuan “ memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportifitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan
kehormatan bangsa.
Rasanya
semakin jelas bahwa olahraga merupakan wahana menumbuh-kembangkan wawasan
kebangsaan yang bermuara pada rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat
kebangsaan. Cholik Mutohir( 2002:37) Menyatakan rasa kebangsaan merefleksikan
bahwa seseorang bukan hanya merupakan bagian dari masyarakat bangsanya, akan
tetapi sekaligus mengandung unsur loyalitas untuk menjaga integritas dan
identitas bangsa. Paham kebangsaan merupakan suatu dorongan dan sekaligus
tuntutan di dalam mentransformasikan rasa kebangsaan menjadi pagar-pagar
kemajuan maupun pergeseran social yang diacu oleh mordenisasi. Sementara
semangat kebangsaan adalah semangat bela Negara yang kadarnya sangat ditentukan
oleh penghayatan rasa kebangsaan dan paham kebangsaan.
Hakikat
olahraga selalu mengajarkan budaya sportifitas dan persahabatan, membentuk jiwa
korsa yang kuat, yang menjadi landasan yang kuat bagi terciptanya persatuan dan
kesatuan bangsa. Manusia yang sportif, rendah hati dan bersahabat adalah
manusia yang akan menimbulkan suasana yang kondusif untuk bekerja sama. Dalam
kaitan ini, olahraga merupakan salah satu unsur penting pembangunan dalam
rangka pembinaan dan pembentukan karakter bangsa. Indonesia. Singkatnya,
olahraga akan memnbentuk manusia dengan kepribadian dan watak yang sehat.
Apa
yang menjadi kecenderungan selama ini yakni sejak lama timbul gejala
agresifitas pada pertandingan antar sekolah. Bahkan sering terjadi peristiwa
keributan pada perlombaan antara kelas di suatu sekolah. Agresifitas yang
timbul, bukan saja pada pemain atau atlet, tetapi juga pada penonton. Untuk
mengurangi kericuhan dan agresifitas yang timbul, maka pertandingan diluar
lingkungan sekolah sendiri sangat dibatasi. Bahkan pertemuan kelas, yang bisa
menyebabkan agresifitas juga ditiadakan. Akhirnya siswa tidak memperoleh
kesempatan mengukur kebolehan, kemampuan mereka dalam olahraga. Mereka juga
tidak menumbuhkan sifat dan sikap sportif, akibatnya mereka tidak bisa menerima
kenyataan bahwa ada kekurangan-kekurangan pada dirinya, dan tidak ada usaha
peningkatan kemampuan dan kecakapan lain.
Jarang
sekali, atau mungkin tidak pernah terdengar berita timbulnya agresifitas pada
pertandingan atletik. Sebalinya pertandingan olahraga beregu pria, misalnya
sepakbola sering terganggu oleh kericuhan penonton dan pelanggaran oleh pemain.
Uji kemampuan pada olahraga beregu tidak hanya diselingi oleh kekrasan fisik
antar pemain, tetapi sering diakhiri dengan kekerasan penonton. Peristiwa
bentrokan fisik pada pertandingan ataupun seusai pertandingan terjadi
dimana-mana. Apakah ini berarti bahwa untuk mencegah timbulnya bentrokan fisik
dan kericuhan petandingan olahraga beregu harus ditiadakan?
B. Masalah.
Bila
melihat pandangan mengenai hubungan olahraga dan agresifitas, maka perlu
mengarahkan pemikiran dan pembahasan pada permasalahan:
1. Apakah
olahraga bisa mengurangi agresifitas pada atlet dan penonton?
.
C. Pembahasan.
1. Pola
laku agresif dan agresifitas.
Pada
beberapa cabang olahraga tertentu sering diperlukan sikap agresif, pola laku
agresif, dimana atlet menunjukkan usaha yang aktif, menyusun berbagai strategi
untuk menguasai permainan dan mencapai kemenangan. Sikap agresif ini belum
berarti bahwa atlet dalam permainannya melakukan pola laku khusus untuk
mencelakakan pihak lawannya agar tidak sanggup meneruskan permainan atau cukup
cedera sehingga mengurangi mutu permainan lawan.
Singgih
(1989:185) Agresifitas berhubungan erat dengan kekerasan fisik yang bertujuan
mengurangi kondisi fisik pihak lainnya agar dapat memastikan kemenangan.
Kekerasan fisik sering berkaitan dengan pelanggaran terhadap peraturan
permainan dan pertandingan, terutama pada cabang olahraga beregu, sedangkan
pada cabang olahraga perseorangan jarang terjadi agresifitas atau kekerasan
fisik lainnya.
Pada
pertandingan olahraga beregu dan professional, kekrasan fisik juga terjadi
antar penonton. Pertandingan olahraga bisa menjadi pertunjukan yang hebat bagi
penonton, sponsor dan pihak-pihak lain yang bisa memperoleh keuntungan besar
dari kemenangan regu yang diunggulkan.
Dari
uraian diatas bisa dikemukakan beberapa sebab agresifitas:
I.
Sebab yang berasal dari luar pertandingan.
a. Berpangkal
pada kombinasi alieansi dan anomi social: Olahraga professional di kota besar
sering mengundang kekerasan, agresifitas, karena jarak sosial yang besar antara
penggemar dan atlet top menimbulkan rasa terasing dan anomi social, sehingga
pembatasan social, norma yang mengendalikan perilaku pribadi memburuk.
Sering
juara dan pahlawan olahraga tinggal di perumahan, pemukiman bahkan daerah
khusus yang bersifat pribadi. Terpisah dari para penggemar mereka bisa
menimbulkan perasaan terasing. Alhasil timbul suatu anomi: suatu sikap acuh tak
acuh yang tak berperasaan terhadap tingkah laku dan dorongan untuk perbuatan
dan perilaku agresif di lapangan.
b. Acapkali
terlihat ada factor-faktor lain yang menambah permusuhan antara dua regu yang
berlawanan, berpangkal dari pertentangan –pertentangan yang sudah ada. Jurang
perbedaan kelas, asal usul dan lain sebagainya, menimbulkan persaingan dan
membangkitkan rangsangan untuk berbagai macam perbuatan dan pola laku yang
tidak bisa di benarkan terhadap regu lawannya.
II.
Sebab yang timbul dalam arena pertandingan.
- Mencari ketegangan:
Penonton
dan penggemar olahraga yang sudah jemu dengan olahraga biasa mencari ketegangan
baru yang hebat pada cabang oalhraga tertentudan pertandingan. Penyiar bisa
mengajak penonton melibatkan diri, membangkitkan semangat mereka sam[ai
memuncak dan meluap. Rangsangan emosi sedikit saja, seperti kekecewaan karena
kalah, sudah bisa menimbulkan agresifitas baik pada atlet untuk mengejar hasil
yang lebih baik maupun pada penonton sebagai pelampiasan.
- Olahraga sebagai pengganti perang.
Perang
merupakan bentuk agresifitas yang sudah ditentang secra internasional. Pada
beberapa cabang olahraga istilah ketentaraan sering dipakai secara resmi:
Misalnya kapten regu, peyerangan kedaerah musuh bukan berarti terjadi peang
tetapi penyerangan dalam arena pertandingan.
Permusuhan
merupakan penyebab timbulnya keributan dan kekerasan pada olahraga dan
pertandingan. Beberapa factor keadaan bisa menimbulkan dorongan agresif untuk
“menyerang”. Ancaman pelatih dan wasit sering menimbulkan pertentangan pada
penonton.
Singgih
(1989:187) Menyatakan factor yang mempercepat timbulnya keributan dan kekerasan:
1. Penggemar
tidak realistis terhadap penampilan regu, harapan terhadap regu terlalu tinggi.
2. Ikatan
yang kuat antara penggemar dan regu pujaannya.
3. Hasil
penampilan regu pada pertandingan sangat berbeda.
4. Wasit
dan official kurang kompeten, terlalu memihak pada salah satu regu yang
bertanding.
5. Permainan
regu yang mencapai prestasi rendah akan menambah ketegangan, sebaliknya
prestasi yangtinggi akan mengurangi ketegangan.
6. Banyak
pelanggaran pada permulaan pertandingan.
Dari
pengamatan berbagai pola laku agresif dan agresifitas bisa disimpulkan:
Agresifitas merupakan pola laku permusuhan yang diwujudkan dalam penyerangan
atau dalam bentuk mempermainkan, menggoda orang lain. Agresifitas merupakan suatu
pola laku usaha ditandai keberanian dan semangat tinggi untuk mengejar suatu
tujuan.
Agresifitas
merupakan dorongan alami yang wajar dan perlu penyaluran untuk mencegah
timbulnya kecenderungan permusuhan. Supaya kecenderungan permusuhan bisa
dinetralisasikan, agresifitas harus diarahkan ke tujuan-tujuan yang tidak
membahayakan dan aman. Oleh karena itu diperlukan pertandingan olahraga untuk
menetralisir kecenderungan permusuhan dengan cara-cara yang bisa diterima.
Selanjutnya dibedakan perilaku agresif
dan bukan agresif:
1. Pemilihan
perilaku: pola laku agresif merupakan perbuatan yang kelihatan (overt) baik
yang bersifat fisik atau lisan, yang bisa melukai saasran (tujuan) secara
jasmani ataupun psikis.
2. Maksud
tujuan: Seorang yang berperilaku agresif
bermaksud melukai sasaran-obyeknya.
3. Pola
laku agresif bersifat pribadi bisa ditujukan kepada diri sendiri atau orang
lain.
Singgih (1989:191) menyatakan pola laku
agresif bisa dikelompokkan menurut arah tujuan dan penguatan primer.
A. Pola
laku agresif menurut arah tujuan:
1. Agresif
intrapunitif adalah agresifitas yang ditujukan kepada diri sendiri.
2. Agresifitas
ekstrapunitif adalah agresifitas yang ditujukan kepadaorang lain.
B. Pola
laku agresif menurut penguatan primer (primary reinforcement):
1. Agresifitas
permusuhan merupakan agresifitas yangditujukan untuk melukai sasaran. Bila
tujuan sudah dicapai maka terjadi penguatan (reinforcement)
2. Agresifitas
instrumental merupakan agresifitas yang mencakup maksud melukai saasran, akan
tetapi melukai saasran bukan merupakan penguatan primer, melainkan sesuatu
diluarnya, seperti hadiah, kemenangan, prestise, dan lain sebagainya.
Agresifitas instrumental merupakan alat menuju ke tujuan.
Pada olahraga kedua bentuk agresifitas
bisa diwujudkan dalam satu kesempatan yang sama. Pada pertandingan tinju akan nampak
usaha kedua petinju agar menang. Ada pukulan yang bertujuan melukai atau
melemahakan penyerangan lawannya. Usaha melukai dan melemahkan lawannya itu
bukan tujuan akhir. Tujuannya adalah kemenangan yang terpampang di belakang
lawan yang telah knock out.
Agar akibat penyaluran agresifitas
terhadap laewan atau regu lawan tidak terlalu parah, berat,luka fisik, maka
disusun berbagai peraturan dan hukuman terhadap agresifitas yang melampaui
batas. Pada beberapa cabang olahraga pola laku agresif tertentu diperbolehkan.
Tetapi adanya pola laku yang memberi kesan agresif bukan berarti semua pola
laku pada cabang tersebut tergolong dalam perilaku agresifitas. Bahkan
seringkali pola laku pada cabang olahraga tertentusudah dianggap agresifitas,
misalnya pada tinju, tetapi yang terlibat dalam pertandingan itu tidak selalu
agresif karena kurang melakukan penyerangan, dan hanya defensive saja.
Samsu Yusuf (2007:135) Menyatakan Ketika
“ self-efficacy” tinggi, kita merasa percaya diri bahwa kita dapat melakukan
respon tertntu untuk memperoleh reinforcement.
Dengan kata lain pola laku agresif merupakan perilaku yang dipelajari melalui
peniruan dan ganjaran. Ada pola laku yang cepat dipelajari melalui proses
belajar. Pola laku agresif bisa dipelajaridengan mengamati perilaku agresif dan
pengalaman perilaku tersebut. Mengamati perilaku agresif bisa menyebabkan
timbulnya kebiasaan-kebiasaan agresif. Perilaku yang dicontohkan dipelajari
sesuai dengan contohnya. Baik atlet maupun penonton bisa menjadi model untuk
pola laku agresif. Kekerasan bisa dianggap sebagai penyelesaian untuk konflik,
lebih-lebih bila kekerasan diperbolehkan. Orang yang sering melihat kekrasan
bisa tidak acuh terhadap akibatnya. Lama kelaman melihat model agresif akan
memperkuat kebiasaan dan meluaskan perilaku agresif.
Selain kemarahan, emosi lainnya juga
bisa meningkatkan agresifitas. Dengan demikian kemarahan dan kekecewaan bisa
menimbulkan agresifitas. Olahraga sering menikkan tingkat aktivasi melalui
aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresifitas, sehingga memungkinkan timbulnya
agresifitas pada atlet maupun penonton. Seringkali atlet dan penonton berperan
dalam merangsang timbulnya penyaluran agresifitas, dengan cara: atlet dan
penonton dalam pertandingan melakukan tingkah laku agresif tanpa perasaan
bersalah. Bahkan agresifitas dibenarkan dalam usaha mencapai kemenangan dan
tujuannya. Dengan demikian terjadi perubahan dalam penilaian dan pikiran
mereka, yakni perilaku agresif tidak lagi menimbulkan perasaan bersalah, tidak
dihukum, tidak dianggap sebagai pelanggaran melainkan dibenarkan.
Tentang tingkah laku agresif atlet bisa
disimpulkan bahwa agresifitas itu tidak sama peluangnya pada setiap cabang
olahraga dan setiap atlet. Tingkah laku agresif erat kaitannya dengan sifat
olahraga. Singgih (1989:194) Menyatakan sifat olahraga bisa dibagi tiga: a.
Olahraga dengan adu kekuatan. b. Olahraga dengan sentuhan kontak. c. Olahraga
tanpa sentuhan-tanpa kontak. Pada olahraga dengan adu kekuatan, tingkah laku
agresif tertentu merupakan bagian cabang olahraga tersebut, misalnya tinju. Olahraga
dengan sentuhan kontak adalah cabang olahraga dimana sentuhan badan, kontak
bagian tubuh diperbolehkan dalam batas-batas tertentu, sehingga tingkah laku
agresif yang ringan masih bisa di toleransi. Pada cabang olahraga kontak,
gerakan dan sentuhan yang secara sadar ataupun tidak dapat mengganggu permainan lawan, mematahkan
perlawanan atlet. Olahraga ini memeri peluang lebih besar akan timbulnya
tingkah lau agresif. Olahraga tanpa sentuhan- kontak adalah cabang olahraga
dimana hamper tidak ada kesempatan untuk bersentuhan-kontak dengan atlet
lainnya, mak tidak ada peluang bagi tingkah laku agresif.
Tingkah laku agresif atlet juga
dipengaruhi oleh sifat-sifat atlet dan latar belakang kehidupan social. Norma
dan nilai-nilai yang dimiliki atlet dan diperolehnya secara turun temurun
melalui proses sosialisasi, ikut menentukan pola permainan. Sistim norma dan
nilai atlet menentukan pertimbangan pada waktu membuat perhitungan tingkah laku
agresif atau tidak, melanggar peraturan atau tidak. Kontrol sosial, pengawasan
dan partisipasi masyarakat berperan dalam pengendalian tingkahlaku atlet dan
tingkah laku penonton. Tingkah laku agresif atletik dan penonton baik pada
cabang olahraga sepak bola atau cabang olahraga lainnya erat berhubungan dengan
norma dan nilai yang mendasari sikap mereka. Ternyata bahwa sikap mereka yang
“sok” sifat berani mengambil resiko melakukan tindakan berbahaya, sering
merupakan penyebab tingkah laku agresif.
Olahraga bisa menyalurkan tingkah laku
agresif baik secara positif sesuai dengan sifat olahraga dan peraturan, maupun
secara negative dalam bentuk pelanggaran terhadap peraturan maupun luapan emosi
pelanggaran. Olahraga amat diperlukan bagi perkembangan seseorang, khususnya untuk
kelancaran kebersamaan hidup. Usaha untuk menekan timbulnya tingkah laku
agresif yang negatif itu perlu, agar dapat di cegah akibat sampingan, misalnya
perusakan sebagai luapan emosi atau tingkahlaku instrumental.
Alternatif pemecahan masalah
Tindakan agresif dengan kekrasan yang
dapat melukai pemain jelas perlu dikendalikan atau di batasi sehingga
terpelihara prinsip-prinsip sportifitas dan tujuan berolahraga pada umumnya.
Tindakan pengendalian tersebut tidak hanya tertuju pada pemain, tetapi juga para
pelatih dan lingkungan (penonton) yang ikut berperan mempengaruhi kemungkinan
terjadinya tindak agresif dengan kekrasan yang menyimpang dari peraturan.
Dalam upaya mengendalikan tindak
kekerasan yang agresif yang menyimpang dari ketentuan, Richard H. Cox (1985)
dalam Sudibyo (2002: 55) mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut.
1. Atlet-atlet
muda harus sudah diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku non agresif,
penguasaan diri, dan penampilan yang benar.
2. Atlet
yang terlibat tindakan agresif harus di hokum. Harus disadarkan bahwa tindakan
agresif dengan melukai lawan adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
3. Pelatih
yang memberi kemungkinan para atlet terlibat tindakan agresif dengan kekrasan
harus diteliti dan harus dipecat dari tugasnya sebagai pelatih.
4. Pengaruh
dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan di
lapangan pertandingan harus dihindarkan.
5. Para
pelatih dan wasit di dorong atau dianjurkan untuk menghadiri
lokakarya-lokakarya yang membahas tindakan agresif dan kekerasan.
6. Disamping
hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekrasan, atlet harus didorong secara
positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi
emosional.
7. Penguasan
emosi menghadapi tindakan agresif dengan kekrasan harus dilatih secara praktis,
antara lain melalui latihan mental..
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Olahraga merupakan cara yang efektif
untuk mengendalikan tingkahlau yang agresif dan kekrasan, dan bukan merupakan
penyebab kerusuhan. Olahraga bagi penonton dan atlet bisa menambah kenyamanan
hidup dan mengurangi ketegangan baik terhadap orang lain maupundalam diri
sendiri. Olahraga merupakan metode yang efektif untuk memupuk sifat sportif dan
bersahabat. Peranan olahraga dalam kebersamaan dapat disimpulkan:
1. Olahraga
dan peraturan-peraturannya mempengaruhi orang, sehingga dapat belajar hidup
dengan peraturan, tertib ddamai. Melalui peraturan olahraga, peraturan
permainan, orang belajar mengatasi disorganisasi social, yang merupakan sumber
utama tingkah laku agresif.
2. Melalui
Olahraga, anak-anak dan remaja memperoleh latihan hidup diatur dengan
peraturan, yang kelak sangat penting.
3. Melalui
olahraga orang belajar menguasai agresifitas dengan 2 cara Yaitu:
a. Inhibisi
: Hambatan larangan dan rintangan terhadap tingkah laku agresif. Membentuk
kebiasaan, tidak adu kekuatan, tidak melakukan tingkah laku agresif, tidak
berkelahi.
b. Melihat
peristiwa yang menimbulkan persaingan, perkelahian sakit hati, dan memranginya
dengan belajar menahan diri terhadap perangsangan kearah tingkah laku agresif
4. Partisipasi
dan berolahraga sejak usia muda memberikan kebiasaan disiplin, yang mendasari
hidup bermasyarakat.
Usaha prefentif terhadap tingkah laku
agresif penonton dan atlet dilakukan dengan dua cara:
1. Umum:
Melalui jalur pendidikan moral formal dan informal mengembangkan nilai dan
norma. Menciptakan suasana pendidikan di sekolah yang menyenangkan,
membahagiakan dan memuaskan. Menerapkan bimbingan dan penyuluhan disekolah agar
frustasi bisa diatasi dengan baik, siswa remaja menjadi remaja yang wajar,
orang dewasa bisa mengendalikan diri dan tingkah lakunya.
2. Khusus:
melalui pembinaan atlet, khususnya kepribadian atlet. Atlet perlu mengalami
internalisasi peraturan cabang olahraga yang ditekuni. Peraturan harus mendarah
daging pada atlet. Atlet harus memperoleh dan memiliki norma, sistim nilai yang
mulia dan kuat, mendasari tingkah laku. Hal ini diperolehnya melalui bimbingan
dan penyuluhan pembinaan mental secara indifidual.
Saran
1. Wasit
Dalam
mengambil keputusan hendaknya selalu berpegang dengan aturan yang ada. Tidak
memihak pada salah satu regu.
2. Pembina
dan pelatih
Dalam
menganjurkan untuk bermain agresif, Pembina dan pelatih harus memberikan arahan
kapan dan bagaimana cara yang tepat agar tidak menimbulkan hal negative dan
melukai lawan.
3. Atlet.
a. Bermain
agresif harus disertai peningkatan penguasaan diri, agar dapat selalu
mengontrol diri.
b. Bermain
agresif harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu patuh
pada peraturan dan tunduk pada wasit serta dapat mempertanggung jawabkan tindakannya
Daftar Rujukan
Kementrian
Negara Pemuda dan Olahraga RI. 2005. Undang-undang RI No.3 Tahun 2005, Tentang Sistim Keolahragaan
Nasional. Jakarta. Kemenegpora.
Singgih
d. Gunarsa (1989) Psikologi Olahraga. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Sudibyo
Setyobroto (2002) Psikologi Olahraga. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.
Syamsu
Yusuf. LN. (2007) Teori Kepribadian. PT Remaja Rosda Karya. Bandung
Toho
Cholik Mutohir (2002) Gagasan-Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Unesa University Press.
Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com
BalasHapusKelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66
Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com